Freelancer Juga Harus Memikirkan Tentang Pasif Income. Ini Loh Alasannya…
Pandemi. Covid-19. Stay at home. Working from home. Kerja remote.
Dulu saya sempat kesusahan menjelaskan pekerjaan saya sebagai pekerja lepas atau freelancer. Terutama ke ibu saya.
“Nduk, adikmu kemarin bilang, sekarang kamu kerja lagi ya di sana (Kalimantan)?” tanya ibuku haru.
Ada rasa haru dan perih setiap kali bertukar kabar dengan beliau. Mengingat, jarak kami yang terpisah ribuan kilometer. Ibu di pulau Jawa, sementara saya dan keluarga kecil saya ada di pulau Borneo.
Bayangan bagaimana kami sering menghabiskan waktu sore bersama hampir setiap hari dengan meminum kopi hitam dan sedikit cemilan seadanya, ngobrol tentang hal-hal remeh temeh, sempat membuatku hampir menitikkan air mata.
Ah, aku benar-benar merindukan masa-masa itu. Hal-hal kecil yang mungkin buat sebagian orang tidak penting, tapi ternyata ngangenin. Banget.
Meski sudah tinggal di Kalimantan hampir 7 tahun, rasanya masih saja berat saat mengingat bagaimana jauhnya kami terpisah jarak. Harus puas dengan bertukar sapa via telepon atau video call. Yang penting, sambungan internet lancar, baru kami bisa bertukar sapa.
Aku berpikir, Ibu pun mungkin demikian. Merindukan saat ngopi bersama anak perempuan sulungnya ini.
Entah sudah berapa kali beliau merajuk dan mencari berbagai macam alasan agar aku dan keluarga pindah dan balik lagi ke Jawa.
Yang hanya aku timpali dengan jawaban-jawaban ringan agar beliau tidak tersinggung. Bahwa aku sebenarnya menyukai kota kecil yang sepi ini.
“Lha di rumah saja, kok bisa kerja sama bule?” sambung beliau lagi.
“Pakai internet Bu, jadi kerjanya itu online. Gak seperti jaman di Meubelindo dulu yang harus ngantor tiap hari” terangku menjelaskan pelan.
“Oh, begitu ya Nduk, puji syukur bisa kerja dari rumah ya. Gak harus repot keluar dan ngantor seperti dulu.” sambung beliau.
” Iya Bu, enak gini kerjanya. Di bayarnya juga per jam loh, enggak gajian bulanan. Pakai dollar lagi bayarannya.”
“Wahh…Ibu ikut seneng Nduk. Ya udah, titip salam ya buat suami dan anakmu. Hati-hati dan jaga kesehatan.”
Lalu sambungan komunikasi kami terputus.
Percakapan itu terjadi di tahun 2016 saat aku mulai mendapatkan job sebagai freelancer di Upwork. yang hingga kini masih aku tekuni.
Saat pandemi melanda awal tahun 2020 lalu, kegoncangan ekonomi terjadi merata di semua level dan lapisan masyarakat. PHK, di rumahkan, kerja dari rumah, kehilangan pekerjaan bahkan hingga perceraian banyak terjadi akibat efek dari Covid-19 yang menghebohkan ini.
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu juga merasakan efek dari pandemi dan Covid-19 selama ini?
Pasif income? Apakah cocok buat pekerja lepas atau freelancer?
Seperti yang kita tahu, pekerjaan sebagai freelancer atau pekerja lepas tidak sama dengan pekerja kantoran yang setiap bulan rutin mendapatkan gaji bulanan.
Meskipun demikian, saat mendapat job, bisa jadi penghasilan freelancer berjumlah berkali-kali lipat ganda dari pada jumlah gaji sebulan karyawan kantoran.
Dengan meningkatnya penghasilan, apakah kamu juga tergoda dan sering kilaf untuk meningkatkan level lifestyle? Atau malah terinspirasi untuk menyisihkan sebagian penghasilan sebagai modal bisnis dan usaha?
Seringnya sih, banyak freelancer pemula (bahkan saya) yang tergoda untuk, semakin besar penghasilan, semakin meningkat gaya hidup dan lifestyle hahahaha…
Dan kemudian menyesal setelah beberapa lama tidak ada job dan simpanan uang mulai menipis perlahan.
Beruntung, suami mempunyai karakter yang berbeda dengan saya 180 derajat. Kalau saya cenderung boros, dia lebih hemat.
Ibarat kata saya hidup buat hari ini, dia memikirkan untuk bagaimana bisa hidup besok bahkan sampai tahun depan. Saya suka belanja online dia lebih suka menggunakan barang-barang yang sudah ada, sampai rusak gak bisa di pakai lagi. Suami saya benar-benar contoh penganut sustainable living hehe…
Saat job sedang sepi, saya baru bisa berpikir jernih. Meskipun penghasilan sebagai freelancer itu besar, tapi sama saja bohong kalau gak ada job masuk secara reguler.
Itu menjadi salah satu alasan yang membuat saya berpikir untuk mencari peluang-peluang lain sebagai sumber penghasilan. Just in case, kalau sedang sepi job di Upwork, masih ada sumber-sumber penghasilan lainnya.
Kalau bisa, sumber dan peluang-peluang penghasilan yang bisa menjadi sumber pasif income.
Memangnya bisa ya, freelancer menghasilkan pendapatan dari pasif income?
Bisa banget, coba deh baca tentang om Yaro Starak, Brian Dean, Noah Kagan, Neil Patel, Pat Flynn dan masih banyak lagi.
Manfaat mempelajari cara menghasilkan pasif income
Mempelajari bagaimana cara menghasilkan pasif income akan sangat berguna dan bermanfaat buat kita para freelancer.
Gak harus tahan napas dan deg-deg an saat saldo tabungan semakin menipis sementara belum ada job yang datang.
Atau bingung bagaimana setiap kali harus menambah dan membeli connect di Upwork untuk submit proposal.
Di bawah ini beberapa manfaat dan nilai plus tentang pasif income buat freelancer:
- Tetap bisa menghasilkan pendapatan dengan modal minimal.
- Satu sumber pendapatan saja akan sangat beresiko. Begitu kontrak dengan klien A selesai sementara belum ada job yang datang lagi, bisa menjadi sumber stress yang lumayan tinggi. Apalagi buat yang sudah berumah tangga. Sementara, kalau kita mempunyai beberapa sumber penghasilan, akan sangat membantu sekali. Terutama membantu untuk mengurangi tingkat stress hehehe…
- You can do what you love while still making money. Kita tetap bisa melakukan hobi yang kita sukai, juga kita masih tetap bisa menghasilkan uang dong. Masih bisa nonton konser BTS secara live di Korea tanpa khawatir tabungan habis terkuras. Ehh.
- Kesempatan untuk bisa pensiun dini seperti Raditya Dika.
- Akan ada lebih banyak waktu untuk keluarga alias quality family time. Waktu bersama keluarga akan lebih banyak dan berkualitas.
Mengapa freelancer harus mempunyai lebih dari satu sumber pendapatan?
Karena mempunyai hanya satu sumber penghasilan saja terlalu beresiko untuk seorang freelancer.
Tidak adanya jaminan kesehatan, asuransi jiwa, dan berbagai proteksi yang di bayarkan oleh perusahaan kecuali kita membayar sendiri semua pengeluaran untuk proteksi tersebut.
Sebagai manusia biasa, kita tidak akan tetap muda tapi sesuai dengan kodrat alam, kita akan menua dengan pasti.
Menua itu memengaruhi kesehatan dan aktifitas fisik kita sebagai freelancer pastinya.
Yang dulu di usia 25 tahunan mungkin bisa dan kuat menerima job hingga 40 jam per minggu. Saat kamu berusia 40 tahunan, sudah berumah tangga, saya jamin deh, menyisihkan waktu 40 jam per minggu untuk bekerja akan terasa sangat berat bahkan cenderung tidak mungkin. Ini sih pengalaman pribadi, gak perlu di tiru hehe..
Padahal, lamanya waktu bekerja (apalagi kontrak yang hourly) berbanding lurus dengan jumlah penghasilan kita sebagai freelancer.
Yang ada, semakin menua, penghasilan malah akan semakin sedikit dong. Baru kerja 30 jam per minggu saja sudah encok dan masuk angin, bagaimana bisa menghasilkan pendapatan lebih?
Maka dari itu, penting banget untuk mempunyai stream income dari beberapa sumber. Bahkan kalau bisa, dari banyak sumber dan mulailah selagi usiamu masih muda.
7 Pilihan pasif income buat freelancer dan perkiraan modal yang di butuhkan
Afiliasi marketing
Afiliasi marketing bisa menjadi salah satu pilihan pasif income. Biasanya sih di padupadankan dengan memiliki sebuah blog, jadi bisa saling melengkapi.
Tapi jangan sembarangan juga memilih produk-produk afiliasi. Pilih program afiliasi terbaik dari perusahaan yang terpercaya.
Salah satu perusahaan web hosting yang sudah terpercaya adalah Exabytes Indonesia, perusahaan hosting terbaik Indonesia.
Dengan 18 tahun pengalaman, Exabytes Indonesia membantu 140.000 pelanggan di seluruh dunia (dari individu, UKM, pemerintah hingga perusahaan) dengan 3 nilai-nilai penting: Penyederhanaan, Inovasi dan GROW, dan pemanfaatan teknologi.
Eh tapi, apa sih afiliasi marketing itu?
Afiliasi marketing adalah saat kamu mencoba menghasilkan uang dari link afiliasi yang biasanya di sisipkan di link artikel konten, sosial media, banner, dll.
Salah satu afiliasi marketing yang mudah di jumpai di kalangan blogger adalah afiliasi produk domain dan hosting.
Buat para freelancer yang juga hobi ngeblog seperti saya, pasti sudah ngerti dong ya kalau blog tidak bisa hidup tanpa kehadiran domain dan hosting.
Buat blogger pengguna Blogspot, masih bisa lah ngikut hosting secara gratis di Google. Tapi buat para pengguna WordPress, mau tidak mau harus keluar modal untuk membayar hosting sendiri.
Pastikan memilih perusahaan hosting wordpress terbaik yang tidak gampang down, mempunyai kapasitas server yang cepat dan lega, serta mempunyai customer service yang baik.
Modal untuk membeli domain sekitar IDR 200.000 per tahun. Sementara untuk hosting, tergantung kapasitas juga, tapi terjangkau kok, ada yang per bulannya IDR 15.000 hingga IDR 30.000 an saja per bulan.
Jadi per tahun, kamu perlu modal sekitar IDR 560.000 an untuk mendapat lisensi link afiliasi. Cukup murah dan terjangkau kan?
Besaran komisi fee dari link afiliasi akan berbeda-beda antara perusahaan yang satu dan lainnya.
Di bawah ini, bisa menjadi opsi buat kamu yang tertarik menghasilkan pasif income dari afiliasi marketing.
Buat kamu yang tertarik juga untuk menghasilkan pendapatan dari link afiliasi, bisa mendaftarkan diri atau sign up di Exabytes Indonesia. Atau bisa langsung membeli domain dan hosting melalui link referal saya.
Bisa juga dengan cara klik banner di bawah ini:
Mantap kan, sekalian promo dan jualan hehe…
Lumayan soalnya komisinya gede.
Kalau kamu masih bingung bagaimana cara sign up atau mendapatkan link afiliasi, boleh kontak saya via email atau komen di artikel ini.
Kamu juga bisa coba afiliasi marketing Canva, mengingat pengguna Canva yang mencapai hingga ratusan juta worldwide.
Dividen
Sudah 3 tahun saya menyisihkan sedikit penghasilan untuk berinvestasi di pasar saham atau bursa efek.
Membeli saham sekarang ini amat sangat terjangkau, beda banget dengan jaman 10-15 tahun yang lalu. Di mana sebagai investor kita harus mengeluarkan modal hingga puluhan juta rupiah untuk bisa membeli satu lot saham.
Bahkan, untuk mendorong iklim investasi dan mendorong masyarakat berinvestasi di pasar saham, pemerintah mengeluarkan aturan, kita bisa membeli saham dengan modal hanya IDR 100.000 saja.
Minimal pembelian saham adalah 1 lot atau 100 lembar saham. Kalau per 1 lembar saham harganya IDR 1000 maka kita harus mengeluarkan modal IDR 100.000 saja per lot. Semudah dan semurah itu.
Saya lebih suka berinvestasi saham daripada trading saham. Males saja harus melihat grafik dan analisa setiap hari. Bisa-bisa kerjaan yang lain jadi kacau balau.
Jadi saya membeli saham yang harganya bagus dan ada proyeksi keuntungan di beberapa waktu ke depan. Juga, saham yang membagi dividen setiap tahunnya.
Saham-saham yang bagus untuk investasi biasanya yang masuk ke LQ45. Meski agak mahal, saham-saham LQ45 bukanlah saham-saham gorengan. Jadi cenderung aman buat para investor. Pilihan pasif income yang bagus untuk freelancer.
Modal yang harus dikeluarkan, tergantung banyak sedikitnya saham yang kita beli. Bagusnya, beli saham setiap bulan atau secara reguler. Modal minimal yang harus di keluarkan sekitar IDR 100.000 per bulan.
Blog
Mempunyai blog dan memonetize blog, sangat mungkin menjadi salah satu sumber pasif income.
Banyak sekali pilihan cara menghasilkan dari blog yang bisa dipilih. Tentunya sesuaikan dengan skill dan kemampuan.
Modal per tahun mungkin agak besar. Selain domain dan hosting, dibutuhkan juga software dan aplikasi premium atau berbayar untuk mensupport monetisasi blog.
Beberapa produk yang bisa di jual melalui blog adalah produk-produk digital. Contohnya: template blog, digital wedding invitation, kartu nama, Instagram template, dll.
Per tahun, modal yang harus di keluarkan minimal IDR 2 hingga 3 juta.
Menulis buku
Menulis buku juga bisa menjadi pilihan pasif income. Kita membuat bukunya sekali, cetak ulang dan penjualannya bisa berkali-kali.
Bagaimana kalau belum ada pengalaman sama sekali menulis buku? Harus mulai dari mana?
Bisa mengambil dan mengikuti kursus online. Atau ikut program menulis buku antologi seperti yang saya lakukan. Bisa dapat pengalaman menulis buku, network dan circle pertemanan baru, serta penghasilan dari penjualan buku.
Modal sekitar IDR 200.000-500.000 per biaya terbit dan cetak pertama kali.
Online store
Jaman digital sekarang ini, apalagi di masa pandemi, semua online store dan ecommerce kebanjiran order.
Masyarakat di batasi oleh adanya PSBB (pembatasan sosial berskala besar) sehingga tidak bisa berbelanja secara bebas seperti biasanya. Satu-satunya pilihan adalah berbelanja secara online.
Bukankah ini juga kesempatan yang bagus buat kita?
Menurut data dari Statista, pengguna internet di Indonesia dari tahun 2015 hingga 2025 memiliki grafik yang selalu naik.
Berdasarkan proyeksi data ini, peluang pasif income dari internet, khususnya online store, mempunyai peluang yang sangat bagus.
Berapa modalnya?
Tergantung kita mau jualan produk apa dulu nih. Tapi yang pasti, harus ada biaya untuk pembelian domain, hosting, web maintenance, tenaga administrasi dan juga modal untuk pembelian produk.
Kursus online
Saya menjadi salah satu subscriber Brian Dean dari Backlinko. Banyak sekali tips-tips tentang SEO dan blogging yang sangat bermanfaat yang bisa saya dapatkan secara gratis.
Dari beberapa email yang saya dapatkan, saya baru tahu kalau Brian Dean dulunya berprofesi sebagai konsultan SEO. Sibuk setiap hari dengan para klien sampai dia merasa terpenjara dengan pekerjaannya sendiri.
Pada akhirnya, Brian mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai konsultan dan memulai membuat kursus online.
Tahu berapa harga kursus online SEO abang Brian? USD 3,000.oo
IDR 42.000.000 di kurs IDR 14.000 per dolar.
Apakah laku? Laku sekali bahkan harus rela menunggu daftar waiting list. Bukan saya maksudnya. Tapi orang-orang lain.
Berapa modal untuk membuat kursus online?
Bisa tanpa modal. Tergantung skill dan kemampuan.
Produk digital
Produk digital mempunyai banyak sekali jenis dan macam. Contohnya adalah gambar di atas.
Beberapa produk digital yang sudah coba saya buat adalah ebook dan beberapa template serta mockup.
Modalnya? Nanti deh kalau ada yang bertanya di kolom komen baru saya jawab.
Mengusahakan pasif income dengan memanfaatkan internet di masa Covid-19
Dari paparan di atas, sudah melihat benang merah kan antara freelancer, internet dan pasif income?
Sebagai freelancer, kita kerja menggunakan internet.
Mau menghasilkan pasif income, kita juga membutuhkan dan memanfaatkan internet.
Bukanlah lebih baik kalau internet di manfaatkan untuk kerja freelance sekalian mengulik peluang pasif income?
Susah? Gak ada waktu?
Ah, jangan manja begitu.
Saran saya sih, jangan malas belajar dan berusaha. Selalu open minded untuk hal-hal baru. Siapa tahu, peluang pasif income kamu ada di hal-hal kecil dan terdekat yang bahkan tidak kamu sadari.
Kalau saya kepikiran punya pasif income buat masa pensiun nanti. Agak takut sih kalau di masa pensiun kondisi keuangan malah merosot. Semoga aja nanti pas saya pensiun juga sudah ada pasiv income yang bisa diandalkan
Wah keren mbak, semoga planningnya segera berlanjut jadi nyata ya. Amin
nahh bener nihh,, sangat inspiratip banget infonya ^_^ makasee ka
Kita perlu melihat peluang dan terus belajar ya mbak indrii. Terima kasih sharingnya ya
Betul mba Shafira, intinya jangan menyerah 🙂
Insightful sekali, Mbak. Kebetulan memang sedang mencari banyak informasi soal ini. Masih newbie saya.
Wah freelancer juga ya mbak Nieke?
Nyenengiinn bgt ya jadi frelancer jaman now.
Banyak kemudahan yg bisa kita dapatkan.
Semangaaatt terus!!
Semangat buat dapat dollar mbak 🙂
wah banyak juga ya mbak peluang yg bisa dimanfaatkan oleh freelancer….
asik juga jadi freelancer
asyik mbak, bisa bekerja dari rumah 🙂
Waah menarik nih bahasannya, penting banget dibaca sama para freelancer. Ohiya mbak, aku pengen tau dong cara memulai atau pengalaman jadi freelancer kayak di upwork itu gimana, menarik banget pasti ya..
ada di artikel sebelumnya mbak Rani 🙂
Suka sekali…
Hasil dari passive income ini tentu tidak bisa dirasakan sekaligus yaa…tapi berproses.
Tapi satu yang pasti, kita paham sekali apa yang dituju.
Bener banget mbak, prosesnya biasanya juga panjang hehe
Tulisannya lengkap. Sebagai freelancer pemula, ulasan ini sangat membantu sekali.
Terima kasih ya, Mbak.
Sama-sama mbak Arsita 🙂
Terimakasih udah ngingetin mbak Indri, aku freelance yang baru berani berjalan. Hihihi, kalau freelance ini kujadikan sampingan selain honor ngajar, eh rupanya dihitung hitung besaran freelance ya. Btw, good luck mbk, semoga menang lombanya
Hai mbak Linda, iya kadang fee freelance bisa lebih besar, tapi gak ada rutinnya 🙂
Saya dulu peenah bekerja menjadi guru mbak, kemudian resign dan menggeluti bisnia online jualan produk fashion buatan teman. Pernah mengalami masa jaya, dimana orderan hampir setiap hari ada, setelah 8 tahun berlalu sekarang agak berkurang meskipum masih di buka toko onlinenya.
Satu setengah tahun terakhir mulai rajin nulis, baik buku atau blog, tapi belum bisa di monetaize. Nah sekarang lagi buka usaha kecil2an terima pesanan dimsum sama nasi kuning, hahaha sebemernya gak nyambung ya, tapi apapun itu yang penting tetap ada penghasilan dari jerih payah sendiri dan nisa mengembangkan kemampuan yang kita miliki tu rasanya sudah bahagia.
Bener banget mbak Ulfah, semua daya upaya dan kreatifitas harus dikerahkan. Gak usah peduli nyambung apa enggak sih, yang penting bisa menghasilkan.
Sudah pernah ngrasain berbagai bentuk passif income yg disebutkan. Tapi namanya judul “cara mudah” itu sebenernya cuma bahasa marketing yak. Wkwkwwk. In the fact, sama sekali gak ada yg mudah. Haha.
Bener itu bahasa marketing dan hipnosis haha
Jelasin lebih jauh tentang produksi produk digital dong Kakak. Informasi ttg pasif income ini sangat berguna untuk freelancer.
Ada kelas gratisnya kok mbak, join ke grup aja 🙂
Keseharianku bekerja di luar rumah mba, ngantor ceritanya.
Tapi saya punya impian memiliki passive income dari dunia digital.
Aamiin semoga kesampaian 🙂
Amin, semoga tersegerakan mbak Wiwin.
Pertama, ucapin selamat dulu aaah. Selamat ya menang lomba blog Exabytes. Emang keren sih artikelnya. Sekarang jadi freelancer kayaknya lebih diminati oleh gen Z. Dalam bayangannya lebih bebas dan duitnya banyak. Tapi harus punya ilmunya euy walaupun freelancer. Jangan sampai terus frustasi, karena engga sesuai dengan harapan…
Pertama, terima kasih banyak Mbak Han:) Iya memang mbak, jadi freelancer kudu menggali dulu potensi-potensi diri yang ada.
iya nih, aku dan pacarku juga lagi berproses menghasilkan pasif income
belum kelihatan sih hasilnya
tapi inshaa Allah nanti ada
Selama pantang menyerah pasti ada hasilnya kak Ros 🙂
Artikel ini mind-blowing bangeettt Mba, thanks for sharing!
Ternyata banyaaaakk ya alternatif passive income yg bisa kita dapatkan
Aku juga mau coba invest saham, ahh.
gegara nonton drakor START UP nih wkwkwkwk
Wahhh kok banyak review positif tentang drakor START UP ya, apakah aku harus nonton 🙂
Kuncinya terus belajar ya. Terus mengasah skill supaya makin mahir. Kalau sudah expert di bidangnya, apapun pasti rezekinya datang.
Btw ajari. Saya cara beli saham yg murah tapi berkualitas itu dong… Mau tahu banget infonya deh
Halo Teh Okti, kalau mau belajar dan transaksi saham, ada kelas gratis yang biasanya di buka oleh perusahaan sekuritas setempat. Dulu saya juga ikut pelatihan dulu. Prakteknya sih butuh bertahun-tahun hahaha
Kuncinya terus belajar ya. Terus mengasah skill supaya makin mahir. Kalau sudah expert di bidangnya, apapun pasti rezekinya datang.
Btw ajari. Saya cara beli saham yg murah tapi berkualitas itu dong… Mau tahu banget infonya deh
makasih sharingnya
Hai mbak..suamiku juga freelancer d upwork dan kepikiran pasif income udah lama
Tapi masi angan angan aja hwhhehe..inshallah mau coba mulai cari pasif income yaitu dagang online seperti saya .:)
Halo mba Mega, wah suami sudah jadi freelancer di Upwork aman ini, bener, tinggal mikir investasi dan pasif incomenya 🙂