Dari Fotografer ke Virtual Assistant, Thawi Temukan Makna di Setiap Klien
Ditulis oleh: Nurul Ali
Editor: Indriyas W
Seiring perkembangan dunia digital, semakin banyak orang beradaptasi dengan cara kerja fleksibel tanpa batasan ruang, terutama sejak pandemi. Ahmad Thanthawi, atau yang akrab disapa Thawi, adalah salah satu yang berhasil menemukan peluang itu.
Ia berfokus pada pekerjaan virtual assistant, menangani proyek-proyek yang meliputi customer support, funnel building, dan social media management. Perjalanan sukses sebagai seorang virtual assistant tidaklah mudah.

Sebelum terjun ke dunia kerja remote, Thawi merupakan seorang fotografer. Keputusan besar untuk pindah ke Bali pada tahun 2020 menjadi titik balik perubahan hidupnya.
Bali, yang dikenal sebagai pusat digital nomad, menawarkan banyak peluang, terutama bagi mereka yang tertarik bekerja secara remote, “Saya melihat tren kerja remote yang mulai booming di Bali, terutama di kafe-kafe” ujarnya.
Ia mulai menggali informasi tentang pekerjaan remote hingga mengikuti kursus tentang virtual assistant, dari sana Thawi belajar banyak, termasuk bagaimana berkomunikasi dengan klien dan menggunakan platform seperti Upwork.
Menurut Thawi, virtual assistant bukan hanya sekadar pekerjaan, tapi lebih dari itu, baginya, “Virtual Assistant adalah seorang kolaborator yang mendukung klien untuk mencapai tujuan mereka.”
Pemahaman mendalam tentang bisnis klien menjadi kunci utama. Dengan permintaan VA yang terus meningkat, Thawi mulai menawarkan layanan digital marketing, lead generation, dan social media management kepada klien internasional, terutama yang dia temui di Facebook Group dan Upwork.
Ia mengakui bahwa berkomunikasi dengan klien dari luar negeri bukanlah perkara mudah. Tantangan terbesar adalah keberanian untuk menawarkan layanan dan terus mengasah keterampilan teknologi. “Menjadi VA itu memerlukan kemampuan untuk belajar teknologi, beradaptasi, dan berani pitching kepada klien” ungkapnya.
Ia menilai banyak virtual assistant asal Indonesia belum percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, “Keterampilan teknis seperti digital marketing itu bisa dipelajari dengan cepat, tetapi skill untuk memasarkan diri sendiri lebih sulit” ujarnya,
Karenanya, ia menekankan, “Penting untuk terus mengasah kemampuan dan tidak takut untuk memulai meski skill kita masih dasar” tambahnya.
Kunci sukses lainnya adalah kemampuan untuk memahami kebutuhan klien bukan hanya soal menyelesaikan tugas, tapi juga tentang menciptakan hubungan yang baik, “Kita bukan hanya pekerja tapi juga mitra yang membantu klien dalam mencapai tujuan mereka. Ini yang membedakan VA dari pekerja biasa,” tegasnya.
Seperti yang pernah ia alami, ketika ada klien yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya dan memutuskan tidak lagi menggunakan jasanya, baginya itu adalah fase pembelajaran. “Saya belajar satu hal, kita ngga bisa menjanjikan banyak hal yang tidak bisa kita penuhi, dan komunikasi yang jelas itu sangat penting” ucapnya.
Ia juga menyadari bahwa kejujuran adalah kunci, Thawi mencontohkan, ketika ada tugas di luar kemampuannya, ia akan menyampaikan hal tersebut dan menawarkan solusi alternatif, “Seperti meng-hire orang lain untuk tugas tersebut, tentunya dengan biaya tambahan.”
Keseimbangan antara pekerjaan dan hidup sehat adalah dua hal yang tak bisa ditawar. Baginya, saat menghadapi kejenuhan ia memilih jeda sejenak dan memberikan waktu untuk diri sendiri. “Mengatasinya dengan olahraga dan menikmati waktu di Bali, seperti pergi ke pantai” ungkapnya,
Thawi juga berbagi tentang rencananya untuk memperluas pengalamannya sebagai VA sekaligus membantu orang lain yang tertarik untuk terjun ke dunia ini.
“Saya ingin mengembangkan akademi VA, mengadakan program intensif selama tiga bulan, pada bulan terakhir peserta langsung diarahkan untuk menangani klien pertama mereka” harapnya.
Menurutnya banyak virtual assistant gagal mendapatkan klien karena mereka masih berpikir seperti saat bekerja kantoran 9 to 5 yang hanya mengandalkan CV. Padahal, menjadi virtual assistant sama seperti kita menjalankan bisnis mandiri, jelasnya.
Perjalanan sukses Thawi masih akan berliku, namun ia meyakini setiap langkah yang diambil dengan tekad dan konsistensi, pasti memberikan hasil sepadan. “Lakukan satu pekerjaan baik setiap hari, dan selama satu tahun kita akan melihat hasil yang besar” tutupnya.
Baginya, progres kecil yang konsisten jauh lebih baik daripada mengincar hal besar yang hanya bertahan sebentar.
Narasumber:
Ahmad Thanthawi – Backpackerlens

Dunia virtual assistant ini semakin banyak yang melirik ya, mbak. Dan pastinya juga kita harus memiliki kemampuan bahasa inggris yang baik untuk bisa mendapat klien dari luar negeri
betul banget mba, bahasa Inggris harus bisa
Anakku yang pengen tuh belajar jadi VA. Udah aku kasih LinkedIn mbak Indri, kan sering share ttg VA. Keren nih mas Thawi, selain menjadi VA, juga melatih orang lain untuk jadi VA.
weih makasih mba Hani
The power of kejujuran memang tidak diragukan lagi
Apapun pekerjaan atau yg dilakukan jika disertai dengyhayi ikhlas dan jujur insyaallah akan berkah dan mendapatkan manfaat yg luar biasa…
Semangat para virtual assist semoga sukses selalu
Wah ternyata profesi VA itu ada juga laki laki ya Mbak? Yang aku pikir selama ini hanya perempuan yang jadi VA. Semangat untuk Pak Thawi.
ada mba, tapi memang ga sebanyak perempuan ya
Saat ini profesi Virtual Assistant semakin banyak dibutuhkan, hal ini tak lepas karena kemajuan teknologi pun pekerjaan dapat dilakukan dimana saja. Namun, di sisi lain tantangannya juga besar terkait konsistensi pengaturan jadwal, ruang kerja yang kondusif serta tantangan untuk upskill secara kontinu. Selama ada niat selalau ada jalan bukan
Keren ya pekerjaan virtual assistant ini sekarang. Kerja bisa dimana saja asal pekerjaan oke dan on time.
Thawi menginspirasi banget buat Umma yang kadang mager untuk melakukan hal kecil.. padahal dampaknya besar klau dirutinkan.
Inspiratif sekali Bang Thawi, dari seorang fotografer berhasil mengembangkan diri menjadi Virtual Assistant. Kagum akan semangatnya apalagi dalam menghargai prosesnya, dimana dia yakin bahwa sebuah progerss kecil yang konsisten jauh lebih baik daripada mengincar hal besar yang hanya bertahan sebentar. Semoga makin sukses Bang Thawi!