Review : HP Notebook AC 14-ac151TU Silver

Saya ini generasi tahun 90-an, generasi milenial “X”  #bangga. Apanya yang di banggain coba ??

Masih ingat betul, pertama kali pegang komputer saat masih kelas 2 atau 3 SMA, itupun satu komputer berdua sama teman. Komputernya masih yang tipe gendut dan masih pakai DOS ples disket. Ampun deh, harus menghapal banyak banget command untuk di masukkan yang akhirnya saya tidak bisa menghapal semua. Kayaknya kalo gak salah nilai ujian komputer saya C deh waktu itu wkwkwkwk.

notebook andalan

Saya saat itu juga tidak pernah terpikir akan selalu bekerja menggunakan perangkat pintar alias komputer untuk sehari-hari. Nyatanya, sejak tahun 2001 saya bekerja, ndilalah kersaning Allah, saya bekerja sebagai asisten marketing manager. Saat itu bener-bener plonga-plongo gak bisa memakai komputer. Beruntung manajer saya orangnya baik hati dan tidak sombong. Saya di pinjami buku (judulnya lupa) tentang bagaimana belajar Excel. Jadi saya banyak belajarnya ketimbang kerja hehehe…Tapi pengetahuan saya berguna lho, banyak ternyata teman-teman sekantor yang juga gaptek tapi gak mau ngaku ^^
Jadilah saya menjadi dewa mabuk eh penolong di saat mereka insert kolom atau menamai file, yaa hal yang remeh temeh macam biskuit gabin begitulah.

Sedari tahun 2001, saya mulai mengenal windows 98, windows 2000, windows XP, windows 7, windows 8 sampai yang terakhir ini windows 10, sudah kenyang deh ya makan windows punya Microsoft hehee.

Tapi saat itu saya belum paham apakah windows nya itu pakai yang ori atau bajakan. Sepertinya sih bajakan deh, karena beberapa kali kalau komputernya kena virus, pasti deh di install ulang oleh teknisi-nya.

Alih masa, saat anak saya masuk SD tahun 2010 lalu, untuk pertama kalinya saya beli PC rakitan, tentunya windows nya juga gak ori, harga saat itu 3 jutaan. PC rakitan ini beberapa kali harus ganti spare part macam RAM, memory lalu spare part power, macem-macem deh.

Di tahun 2016, penderitaannya berakhir sudah. Karena enggak tahu kenapa tiba-tiba matot dan teknisi komputer bilang ini kena di motherboard nya. Menurut teknisi-nya, motherboard yang sama dengan yang di pakai di PC itu sudah tidak di produksi lagi (ya iya lah, udah 7 tahun, lapuk ), bisa di ganti sih motherboardnya yang mirip-mirip gitu. Harganya 2 juta sekian, si mas teknisi bilang.
Hahh, ya sudahlah, daripada beli motherboard seharga 2 juta, mending beli laptop aja nambah dikit uangnya. Sambil nyengir membayangkan laptop seharga matic #ngimpi.

Pada akhirnya, keliling-keliling dunia maya dan berlabuh di online store Bhinneka. Karena saya enggak paham instalasi windows, maka saya cari laptop yang memang sudah include dengan windowsnya. Dan saya menemukan si HP Notebook AC14-ac151TU Silver ini, si cantik dengan harga ramah di kantong (gak ramah banget sih) tapi sudah include windows 10 home ORI. Ongkos kirim 200 ribu lebih dikit karena pakai pallet kayu dari Jakarta ke Kalimantan.

Kata suami, tidak usah pilih yang mahal-mahal laptopnya, yang penting sudah bisa buat ketak ketik cukup. Begitu kata beliau. Total jendral habisnya sekitar 3,6 jutaan dan bisa di cicil 12 bulan bunga 0%.

Biasa deh, akibat pekerjaan freelancer, maklum lah ya, semua pekerjaan di jabani mulai dari ngeblog, freelance cari database, lalu ada aplikasi trading saham online, anti virus trend micro. Walhasil, akhir Juli kemarin si HP ini cepet banget panas. Yah biasanya sih enggak dingin-dingin amat, tapi ini kok boros banget baterai ples lemot. Yakin deh, buat buka aplikasi online Zoho ples Canva aja setengah jam gak maju-maju. Sampai pengen tak tabok nih si HP.

Dengan alasan laptop lemot dan banyak tugas, anak saya kemudian minta di beliin laptop sendiri sama bapaknya. Gak tanggung-tanggung, Acer Aspire E 15 yang malah lebih garang daripada punya emaknya. Lha gimana enggak, si Acer punya RAM 4GB ples Intel I-3 sementara si HP cuman RAM 2GB ples Intel Celeron. Menang cuman di windows 10 asli doang wkwkwkwk. Sementara ini, si Acer masih pakai windows non ori ^^

hp%2Bnotebook%25281%2529

Nah, pada saat beli laptop ACER itulah saya membawa si HP juga buat konsultasi ke teknisi laptop di toko. Setelah sebentar di cek, mereka bilang, konsumsi CPU dan memori di atas rata-rata, mentok ke 100%. Setelah saya lihat, betul juga. Waktu saya tanya, harus di benerin apanya, harus di tinggal dulu karena kemungkinan harus di install ulang kemudian di cari salahnya di mana kata mereka.
Wahh, padahal laptop ini masih buat kerja, jadi ya saya ambil lagi bawa pulang. Ga jadi di service.

Setelah sampai di rumah, saya utik-utik sendiri tuh si laptop mulai dari Task manager, device manager, sampai kemudian saya putuskan untuk install ulang sendiri. Ini pertama kalinya saya eksperimen dengan perangkat komputer/laptop seperti ini, jadinya agak was-was juga.

Makan waktu juga sih install ulang windows nya. Meski tidak ada CD original tapi di laptop sudah ada recovery di drive D. jadi otomatis bisa back up sendiri. Untuk data, bisa di pilih kok, mau di hapus semua atau cuma programnya saja yang di install ulang balik ke default dan file kita tetep aman.

Hampir 3 atau 4 jam baru selesai install ulang. Tidak ada file yang hilang sama sekali. Tapi memang semua program kembali ke default. Untuk browsing, saya sekarang hanya memakai windows edge bawaaan windows. Tapi ternyata Edge juga sering byar pet entah kenapa. Jadinya saya juga meng-install Mozilla untuk jaga-jaga. Chrome ? Enggak soalnya gede banget file-nya, takut lemot lagi.

Setelah install ulang, cek posisi baterai (ternyata kurang kenceng karena belum di kunci di bagian kanan), smooth lagi ini si HP di pakai. Hampir setiap hari saya cleaning (disc clean up) dan defrag seminggu sekali.

Overall, menurut saya pribadi, enggak rugi deh beli laptop HP ini. Selain harganya terjangkau di bawah 4 jutaan tapi sudah dapat windows 10 ori.
Posisi baterai juga bisa di lepas dengan mudah, beda dengan Acer E15 yang harus di colok pakai jarum karena memang tidak untuk di buka tutup baterainya. Apalagi body si Acer ini tipis banget ples lebih ringan dari si HP. Jadi menurut saya, memang tidak untuk di buka-buka gitu body-nya.

Baru tahu juga kalau ternyata windows 10 home yang asli di harga 1,9 jutaan. Lha padahal harga laptopnya sendiri 3,4 jutaan. Worth it banget sih menurut saya. Apalagi bisa di install ulang sendiri (karena windows ori) jadi hemat di ongkos service. Karena waktu tanya di teknisi laptop, ongkos install ulang saja mencapai 200.000. Belum yang lain-lain.

Setelah sehat si HP ini, di geber lagi deh buat kerja hahaha. Oiya, anti virus trend micro yang sebelumnya terpasang, tidak saya pasang lagi. Alasannya, filenya besar/gede banget, ternyata juga trend micro tidak mau membaca key passwordnya karena di pikir di install di device baru. Jadi, ya sudahlah. Pakai windows defender bawaaan aja. Hemat di penyimpanan juga.

So, meski mungil, laptop HP ini bisa di andalkan loh. Palingan nanti rencananya akan saya tambah RAM 2 GB lagi biar agak cepet lagi buat kerja. Kalau prosesor sih enggak ya. Mending beli laptop baru aja kalo harus ganti prosesor 🙂

Selama hampir 1 tahun saya memakai HP ini, tidak ada kendala berarti. Semoga awet aja biar gak boros ^^

Semoga bermanfaat dan tolong di share apabila artikel ini bermanfaat, thank you.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *